Senangnya ke Kampung Batik Giriloyo
Kunjungan ke Batik Giriloyo
Pada tanggal 29 Februari 2024, siswa-siswi kelas 9 melaksanakan KBM keluar ke Batik Giriloyo yang terletak di Kabupaten Bantul kurang lebih 22 km dari pusat Kota Yogyakarta. Kami dari sekolah menggunakan bis pukul 08.00. Sesampainya kami di sana, kami berfoto-foto dahulu. Setelah itu, kami masuk ke gazebo yang sudah tertata banyak kursi. Kami pun di sambut dengan ramah oleh Ibu Hiptiyah selaku narasumber dari Batik Giriloyo.
Ibu Hiptiyah pun menyampaikan terkait sejarah Batik Giriloyo. Beliau bilang bahwa pada abad ke-17 tempat batik ini sudah dibangun oleh raja mataram 3. lalu dibangun kedua kali pada tahun 1934. di Batik Giriloyo juga terdapat berbagai motif yang dibuat seperti motif sido aseh yang memiliki makna belas kasih, sido mukti yang memiliki makna hidup yang mulia, dan masih banyak lagi motif yang memiliki makna tersirat didalamnya.
Batik Giriloyo pada tahun 1980 pernah mendapat penghargaan sebagai pembatik tertua. Tapi sayangnya pada tahun 2006 Batik Giriloyo mendapat musibah yang dikarenakan gempa pada tahun tersebut padahal ada 1200 pekerja (ibu rumah tangga) pada saat itu. Tetapi mereka mendapat banyak penolong dan akhirnya pada tahun 2007 mereka membentuk kelompok-kelompok dan berusaha bangkit dari kondisi terpuruk itu. Pada tanggal 27 mei Batik Giriloyo pun mengenang kejadian pada tahun 2006. Mereka membuat selendang batik sepanjang 1200 meter. Tahun 2016 mereka juga mendapat penghargaan nasional, tahun 2017 mendapat penghargaan juara tingkat ASEAN, tahun 2022 lolos sebagai desa wisata berkelanjutan, dll.
Tetapi dibalik penghargaan itu, pada tahun 2020 mereka tutup total dikarenakan covid-19 dan digunakan untuk memperbaiki semuanya. dan pada tahun 2021 dibuka kembali.
Kami pun juga dijelaskan mengenai bahan, alat, dan langkah-langkah untuk membuat batik. bahan yang digunakan adalah kain, malam, pewarna(sintesis/alami); alat yang digunakan adalah canting, kompr minyak, wajan, gawangan, ember, panci; dan langkah-langkahnya yaitu memola, klowongi, terusi, ngiseni, rendam pewarna, lorok, pepe, dan siap dijual. Setelah penjelasan yang cukup panjang oleh Ibu Hiptiyah, kami praktek membuat taplak meja. Satu kelompok berisikan 1-6 anak. Kami pun mempraktekkan bagian mencantingnya saja. Aku dan 5 temanku dipandu oleh Ibu Istijanah. Setelah selesai mencanting, kami pun diperbolehkan melihat proses pewarnaan.
Tak terasa sudah 2 jam kita di sana. Aku dan teman-temanku pun bergegas menghampiri tukang jajanan yang berjajar di depan area batik. Seusai kami jajan, kami menuju ke bis untuk kembali ke sekolah.
Komentar
Posting Komentar